Minggu, 24 Maret 2013

"LASKAR PELANGI...??"

Masih terukir dengan jelas dalam memori, tatkala tiba-tiba ponsel saya berdering dan seorang teman wanita mengajak saya untuk menonton bioskop. Wah, saya kira itu ajakan kencan, tapi ternyata bukan. Dia memiliki tiket lebih untuk temannya yang ternyata tidak dapat menonton bioskop pada hari itu karena alasan tertentu. Kelebihan tiket itu diberikan kepada saya secara cuma-cuma dengan syarat saya mau menemani dia dan seoang temannya menonton bioskop pada malam itu, karena pasti pulangnya tengah malam dan mereka butuh bodyguard. Saya tidak kuasa menolak dan akhirnya kami berangkat ke gedung bioskop 21 yang ada di Malang Town Square. Judul film yang akan diputar adalah "Laskar Pelangi". Ya, itulah film pertama saya di bioskop, yang saya nikmati dengan gratis.

Film yang dirilis tahun 2008 ini adalah film lokal yang paling laris pada saat itu. Film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata itu berkisah tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah: Ikal aka Andrea Hirata, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong (Chau Chin Kiong), Syahdan, Kucai, Borek aka Samson, Trapani, dan Harun.

Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.

Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.

Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.

Kisah Laskar Pelangi tidak jauh beda dengan anak-anak kelas XII IPS 2 MA Darun Najah Sumbersuko. Mereka adalah Ubai, Ayub, Qosim, Buchori, Rohman, Umar dan Muthi'ullah. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas X sampai kelas XII. Mereka belajar dengan kondisi yang penuh keterbatasan. Mirip sekali dengan cerita film Laskar Pelangi.

Mereka adalah awal dan akhir dari generasi kelas putra MA Darun Najah. Jumlah mereka memang hanya tujuh, tapi merekalah satu-satunya yang tersisa dari generasi kelas putra. Karena memang tidak ada lagi generasi di bawahnya. Generasi kelas putra akan bubar dengan sendirinya. Mereka yang belajar dengan penuh keterbatasan. Mereka yang selalu termarjinalkan. Hampir saja kehilangan asa belajar. Belajar tanpa adanya perhatian memang sungguh terasa berat. Bahkan untuk hadir ke kelas putra saja rasanya langkah kaki mereka sungguh berat.

Tapi dengan sedikit tambahan semangat dan motivasi dari para guru pengajar. Mereka akan terbangun dari tidur mereka yang panjang dan akan mengejutkan orang-orang yang meminggirkan mereka dengan prestasi yang menyilaukan mata sinis mereka. Tujuh laki-laki remaja penuh dengan adrenalin, emosional dan energi pemberontak yang khas ini mengingatkan saya akan film Laskar Pelangi. Jika dalam Laskar Pelangi, Ibu guru Muslimah menyebut anak-anaknya Laskar Pelangi, maka saya menyebut kelas putra dengan sebutan "THE MAGNIFICENT SEVEN". Terinspirasi oleh sebutan tujuh klub sepak bola di Serie-A Italia paling tangguh pada periode tahun '90-an.

Kurang dari sebulan lagi mereka akan mengikuti Ujian Nasional. Mudah-mudahan mereka diberi kemudahan dan kelancaran dalam menghadapi Ujian Nasional yang sangat menentukan itu, dan bisa lulus semua dengan nilai yang memuaskan. Amiiin.

Hhhmm, akan sangat berkesan akhir dari kebersamaan mereka di MA Darun Najah jika semua itu terjadi. Ibarat pendekar silat yang akan mengeluarkan jurus pamungkas, maka jurus pamungkas atau jurus terakhir itu pastilah hebat dan mematikan bagi lawan-lawannya. Ya, tujuh remaja ini adalah jurus pamungkas atau yang terakhir dari generasi kelas putra. Bagaimanapun juga mereka pasti menang. Sungguh cara terbaik, bermartabat, dan terhormat jika membalas segala kritikan dari orang yang memarjinalkan mereka dengan prestasi itu.

 

Untuk anak-anak putra MA Darun Najah, jangan khawatir nak, kami selalu mendengarkan keluh kesahmu, kami menjawab pertanyaanmu, kami menegurmu ketika kalian salah, kami yang menjemputmu paksa dari pondok ketika kalian malas sekolah, kami adalah gurumu yang selalu mendukungmu....
ayo semangaaaatttt....!!!

Selasa, 12 Maret 2013

MASALAH is SIMPLE



Cukup simple menikmati hidup.. bermain-mainlah dengan masalah dan mencoba untuk menjinakkannya.. Siapkan tameng mental bajamu untuk mengantisipasi setiap ledakannya.. jangan mencoba menghindar, karena kau akan menemui ranjau masalah lain yang lebih besar.. Tangisan.. tawa bahagia.. pasti acap kali mengiringi setiap langkah yang kau tapakkan.. itu LUMRAH! Karena kau punya sumber air mata yang setiap waktu bisa kau keluarkan.. dan kau punya sumber suara yang setiap waktu bisa kau perdengarkan..  Sakit adalah bahagia yang tergores.. dan bahagia adalah sulaman luka yang telah sembuh.. Ayolah kamu bisa melewati titian ranjau itu.. dan jangan kau ragu.. namun aku pinta padamu hilangkan cemberut di rona wajahmu.. tersenyumlah karena kau akan mendapatkan medali yang sudah dipersiapkan..

NAK,

Nak,
tak terasa kalian sudah memasuki jenjang yang luar biasa dalam hidup kalian, sebuah ujian yang tak hanya mengandalkan kemampuan otak.. namun lebih kepada kekuatan mental. Disinilah semua kan terjawab, dan disini pulalah langkahmu akan terus melaju, menggapai impian yang sudah kalian bukukan dalam diary terindah kalian. Kekuatan doa bisa merubah segala, karena ada campur tangan Tuhan didalamnya. Jangan pentang menyerah dengan keadaan, karena kalian mempunyai bekal kejujuran yang tak bisa digantikan oleh bekal nasi dan lauk enak yang tersaji sempurna dalam kotak bekal kalian.
Nak,
Hilangkan keraguan yang ada, buang jauh-jauh ketakutan yang bisa membuat kemampuanmu satu-satu hilang dalam bungkus kepercayaan. Cobalah tersenyum dalam menghadapi segala ujian, dan kuatkan tekad dan luruskan niat, bahwa kalian melangkah tak sendirian, selalu ada Tuhan mendampingi langkahmu, selalu ada Tuhan yang membuat jalanmu mulus.
Nak,
Sungguh! Kekuatan doa dapat membuat kalian bangkit dari keterpurukan, kekuatan doa akan menjadi cambuk untuk kalian melangkah penuh keyakinan yang luar biasa.
Nak,
Dalam sujud kami berdoa meminta padaNya, dalam keikhlasan kami minta pertolonganNya, dan dalam kerendahan hati kami kami pinta padaNya..
Karena hanya kepadaNya lah kita bisa mengadu dan meminta, bersimpuh dan memohon ampunan dari segala khilaf..
Nak,
Doa kami selalu menyertai.. Doa kami selalu merasuk hingga kalian pergi meraih mimpi..
Love you all guys.. don't be nervouse.. n keep spirit..

Yang Manakah Kita?



Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.
Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesama guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan perintah berdasarkan apa saja yang sudah diprogramkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.
“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau
“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.
Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:
“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.
“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.
“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.
Dan seterusnya …
Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.
GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.
Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.
Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.
Walhasil, Allah tidak maha mendengar. Maha melihat dan maha mengetahui apa yang dinginkan oleh hambanya yang bertawakkal.
Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana? Bagaimanapun anda. Sekarang anda sudah tahu harus bagaimana menjadi seorang guru yagn professional.

DOA ORANG TUA UNTUK ANAKNYA

DOA ORANG TUA BUAT ANAK
Agar tenang menghadapi UJIAN NASIONAL



Betapa pilu melihat tayangan di TV tentang derai tangis siswa siswi kita menghadapi UJIAN NASIONAL yang akan digelar mulai minggu depan. Mulai jenjang SMA, SMP dan SD. Namun jika boleh jujur yang paling was-was, tidak tenang, sampai jatuh dalam ‘kepikiran’ yang amat sangat adalah para orangtua. Untuk itu saya mencoba urun rembuk ‘ketenangan psikologis’ orangtua yang mempunyai anak yang akan melaksanakan UJIAN NASIONAL. Kali ini saya tuliskan bait-bait munajat doa buat buah hati kita, investasi kita terbaik dunia akhirat, yaitu anak-anak kita. Semoga membantu memberi ketenangan.

Ya Allah…
Berikanlah ketenangan pada aku dan pada diri anakku
Menghadapi satu tahapan penting dalam kehidupannya
Kuatkan tubuh anakku … hindarkan dari sakit
Dan jauhkan hamba ini dari perilaku
yang membuat buah hatiku sakit
Sakit fisiknya … sakit hatinya …

Ya Allah ampuni hambamu …
Yang malah membebani anakku dengan perintah perintah
Padahal sudah bongkok pundak anakku memanggul beban
Yang malah membebani anakku dengan makian-makian
Padahal mereka sekarang butuh ceria, canda dan tawa

Ya Allah sadarkan nurani dan pikiranku …
Terangkan dan buat sejuk hatiku
Kala melepas anakku pergi sekolah
Kala menerima anakku pulang sekolah
Sadarkan dalam pikiranku ya Allah ..
Bahwa anakku pergi berjuang
Bahwa anakku pulang dalam kelelahan

Ampuni hamba ini ya Allah …
Yang menyambut pahlawannya dengan tekanan
Yang menyambut pahlawannya dengan marah
Yang tidak memberi kesempatan pahlawannya
istirahat barang sejenak

Hamba tahu bahwa ujian nasional itu penting
Namun jangan sampai merusak hubungan aku dengan anakku
Jangan sampai membuat lubang menganga dalam hati anakku
Sehingga mereka menjadi manusia peragu
Sehingga mereka menjadi manusia penakut
Sehingga mereka menjadi manusia
yang tak punya kepercayaan diri
Sehingga mereka merasa menjadi manusia lemah dan bodoh

Ya Allah …
Karuniakan kata-kata yang sejuk yang keluar dari mulut hamba
Untuk membantu anak hamba yang sedang butuh bantuan
Untuk mendinginkan panasnya mentari yang membakar otaknya
Untuk memberi semangat bahwa anakku harus berhasil
Untuk memberi pengertian bahwa yang terpenting adalah proses
Untuk memberi keteduhan kala harapan yang tinggi tak tergapai

Ya Allah …
Patrikan hambamu keyakinan
Bahwa anak kami akan melewati ujian ini dengan tenang
Bahwa anak kami akan mampu melewati titian berikutnya
Bahwa anak kami pasti akan menemukan
kondisi akhir terbaiknya
Bahwa kami dan anak kami siap menerima segala takdirmu
Setelah kami dan anak kami berusaha sekuat mungkin
Apapun keputusanMu Ya Allah …
Kami yakin akan ada hujan hikmah buat kami sekeluarga
Amien

PROFESIONALITAS PENDIDIK



PROFESIONALKAH KITA?

07/12/2012
7:27
Pemerintah selalu tambal sulam dalam merombak  dunia pendidikan, anggaran yang besarpun sudah dipersiapkan dengan optimal. Guru/Pendidik diminta untuk menjadi profesional dengan memenuhi 4 standart kompetensi yang telah ditentukan. Program Sertifikasi bagi pendidik-pun digelar untuk memenuhi skill dan kompetensi yang diharapkan. Sayang, Program sertifikasi bagi Pendidik tak jarang banyak menuai kritikan, karena standart yang baku tak bisa dipenuhi disetiap pergelaran event tersebut, ada yang dengan mudah lulus dan lolos ada pula yang harus jatuh bangun hingga berkali-kali harus test ulang. Proyek ataupun tidak, aku tak akan menganalisa lebih jauh, karena disini konteksnya aku hanya lah sebagai obyek penderita. Tetapi aku patut berbangga, karena aku berada di ruang gerak yang sempit, sehingga untuk mendapatkan sertifikat pendidik tak semudah teman-teman yang lain yang bisa dengan mudah membalikkan tangannya. 
"Sudahkah aku profesional?".... Ahhh, terlalu luas gambaran profesional dalam konteks ini, banyak yang harus dibenahi dan itu membutuhkan proses yang panjang, malah dengan sertifikat ini membuat permasalahan baru yang semakin rumit, sudah digaji negara kinerja tak karu-karuan, untuk membuat perangkat saja mereka kesulitan, jika Kepala Sekolah menekan dipikir terlalu over acting. Terus apa maksud dengan sertifikat yang sudah dipegang? Atau jangan-jangan ini hanyalah perwujudan dari peningkatan kesejahteraan guru semata? Akupun terheran dengan hal ini, niat awal mereka menjadi seorang pendidik telah berubah haluan, dari ikhlas menyebar ilmu menjadi nominal untuk membeli sesuatu. Kapan maju negeri ini jika pendidiknya sudah mulai memikirkan nominal yang harus dicapai? Belum lagi uji kompetensi guru, dimana guru yang tersertifikasi tersebut sudah layak atau harus tinjau ulang. Hanya dengan menjawab puluhan soal mereka bisa dikatakan profesional. Kinerja dinilai hanya dengan menandai jawaban yang benar. Apa kata dunia? Ini masalah anak bangsa kita kelak, uji donk dengan melihat langsung saat proses belajar mengajar mereka, dengan menurunkan team independent yang memang expert dibidangnya, kalau hanya mengandalakan Kepala Sekolah atau sekolah itu sendiri itu mah bisa diatur! Bikin saja Laporan bahwa guru A sudah melakukan dan melaksanakan tugasnya dengan baik, memenuhi 24 jam mapel sesuai yang disyaratkan dan bla.. bla..bla.. MIRIS dengernya!!! Sebenarnya nominal besar akan kita dapatkan jika kita mau merubah kinerja kita, duit bakal menghampiri kita jika kinerja kita bagus dan benar. Oh duniaku.. kapan kita konsen dengan nasib anak bangsa yang semakin bingung dengan tambal sulam ini?
Profesionalitas seorang guru menurut aku adalah beliau-beliau yang memang mau merubah pola pembelajarannya dengan selalu up to date, tak lelah untuk melakukan pendekatan personal dengan peserta didik, berusaha mau tau permasalahan setiap warga sekolah dan memenuhi kewajibannya dengan membuat perangkat pembelajaran yang tak hanya sekedar buat laporan tapi juga diaplikasikan dgn sesungguhnya. Satu lagi, guru profesional tak berorientasi dengan gaji yang mereka terima, ingat! Tugas seorang pendidik adalah mendidik bukan mengkalkulasi berapa uang yang akan diterima. Jika Anda akan bilang:”Ahh Anda muna dan sok perfeksionis,idealis dan teman-temannya, maka aku akan menjawab: Pergi saja dan tak usah kembali. Sekolah dan Profesi guru bukan lahan untuk mencari keuntungan duniawi.. tapi lebih kearah tabungan akhirat yang nominalnya akan membawa Anda ke dunia lain yang lebih bahagia”

Sebuah Film Guru Mengajar



http://munifchatib.files.wordpress.com/2011/09/guru-mengajar.png?w=246&h=300
Dia mengatakan cosinus,
Yang kudengar alunan musik pengantar tidur.
Dia menggambar segitiga siku-siku,
Yang kulihat aku menari-nari diatas awan.
Dia menulis rumus perkalian vektor,
Yang kutulis sebait puisi.
Dia melihatku,
Yang kulihat sebuah film sedang diputar.
Film monoton diatas layar hitam putih.
Dengan para pemain yang bergerak malas dalam memoriku,
Dengan layar lebar yang seakan-akan ingin memuntahkan seluruh isinya,
Dengan alur cerita membosankan yang memaksaku menguap berkali-kali.
Dia berbicara dalam spidol,
Aku berbicara dalam lamunan.
Dia berdiskusi dalam papan,
Aku berdiskusi dalam pikiran.
Dia bertanya dalam soal,
Aku bertanya dalam hati,
Kapan film ini mencapai THE END?
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template