Beruntung sekali dirumah saya ada televisi ya. Saya pun dengan sangat tepat dan alhamdulillah menyalakan televisi, kemudian muncul berita peringatan hari lahirnya Pancasila. Ya Allah, anak bangsa macam apa saya ini, sampai lupa pada sejarah bangsanya. Saya benar-benar tidak sadar bahwa hari ini, 1 Juni adalah peringatan hari lahirnya Pancasila yang merupakan dasar negara kita, Indonesia. Kesibukan dan rasa lapar membuat saya dan mungkin sebagian besar orang Indonesia lupa dengan sejarah lahirnya Pancasila.
Sangat mengherankan dan sungguh terlalu, kenapa sebagian besar masyarakat Indonesia bisa melupakan hari penting ini. Menjadi tambah miris dan sangat tidak logis sehingga bikin menangis, adalah pemrograman pendidikan Indonesia dirancang untuk melupakan Pancasila. Bagaimana tidak, dulu kita masih mendapat pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), setelah reformasi malah dihapus total karena hasil pemerintahan Orde Baru yang sangat dibenci.
Beberapa orang yang anti orde baru, rasanya sangat anti dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Mungkin seperti pada jaman Orde Baru yang alergi dengan komunisme. Beberapa orang berpendapat, Buat apa ada P4, toh pelaksananya, pemerintah banyak yang tidak menerapkan prinsip-prinsip P4. Hmmm.. menurut Saya, Isi P4 sebenarnya SANGAT BAGUS DAN BERMANFAAT. Apalagi di tengah krisis jatidiri bangsa saat ini. Saya punya analogi seperti berikut, JIKA SEORANG DOKTER MEMBERITAHUKAN KEPADA ANDA BAHWA : MEROKOK DAPAT MERUSAK KESEHATAN DAN MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN ANDA. Saya yakin, banyak dari kita yang setuju. Namun, jika ternyata Si DOKTER ternyata adalah seorang PEROKOK yang melanggar apa yang dikampanyekannya, apa anda akan menjadi tidak percaya akan pesan di DOKTER tadi ?
Jika pertanyaan ini diajukan kepada Saya,
Jawaban Saya : Saya tetap percaya Bahwa Merokok itu berbahaya buat
kesehatan. Pesan yang disampaikan oleh si Dokter adalah bermanfaat dan
benar, karena itu Saya mempercayainya. Mengenai si Dokter-nya merokok
atau tidak, itu hal yang berbeda.
Begitu juga dengan P4. Pada analogi di
atas, pesan merokok membahayakan kesehatan dianggap setara dengan isi
P4. Sementara si Dokter dapat disetarakan dengan pelaksana kampanye P4
(pemerintah). Apakah bagian pemerintah itu menjalankan isi P4 atau
tidak, itu hal yang lain. Ada dokter yang merokok, dan ada juga yang
tidak. Begitu juga dengan pelaksana pemerintahan, ada yang melaksanakan
prinsip P4 dan ada juga yang tidak.
P4 habis dibabat, kemudian giliran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) tewas disembelih. Astagaa, bangsa ini semakin mahir dalam mengkhianati Pancasila, dasar negaranya sendiri. Maka tidak mengherankan Pancasila kehilangan kesaktiannya dan pamor di negeri sendiri. Diperlukan upaya yang signifikan melalui pendidikan sejak dini untuk
menyelamatkan Pancasila. Untuk itu salah satu cara adalah menghidupkan
kembali Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah.
Pengkhianatan terhadap nilai-nilai Pancasila, hingga saat ini terus
berlangsung. Bahkan di era pasca Orde Baru ini, perngkhianatan Pancasila,
kecenderungannya semakin masif. Hal itu, dibuktikan dengan semakin
rusaknya moral bangsa yang tidak memperdulikan lagi arti penting
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hancurnya nilai-nilai Pancasila saat ini, lebih dikarenakan bobroknya
moral para pejabat penyelenggara negara. Kondisi seperti ini, sudah
sangat mengkhawatirkan, sehingga sangat berpengaruh terhadap kondisi
negara yang berujung pada ketidakadilan. Yang dirugikan, adalah rakyat
jelata, baik secara ekonomi, pendidikan, maupun hukum.
Pengkhianatan Pancasila itu, tidak saja terhadap Sila Kedua, yakni
"Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dan Sila Kelima "Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", tetapi sudah mencakup seluruh sila yang
ada.
Sila Pertama, juga sudah dikhianati, dimana seluruh elemen masyarakat, baik di tingkat elit, maupun di tingkat akar rumput, tampak sudah menjadi bagian dari pengkhianatan itu. Seperti soal lunturnya sikap toleransi beragama dengan munculnya konflik antar agama yang belakangan marak terjadi. Bukankah dari beberapa hal tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa kita sudah seharusnya kembali pada Pancasila yang sebenarnya, seperti yang sudah diwariskan oleh founding father kita.
Sila Pertama, juga sudah dikhianati, dimana seluruh elemen masyarakat, baik di tingkat elit, maupun di tingkat akar rumput, tampak sudah menjadi bagian dari pengkhianatan itu. Seperti soal lunturnya sikap toleransi beragama dengan munculnya konflik antar agama yang belakangan marak terjadi. Bukankah dari beberapa hal tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa kita sudah seharusnya kembali pada Pancasila yang sebenarnya, seperti yang sudah diwariskan oleh founding father kita.
Kemudian hal itu terus berlanjut. Pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) sebagai pengganti PMP juga akhirnya harus dibuang -oleh para orang yang mengaku pintar- ke tempat sampah. Pancasila-nya dibuang, tinggal PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Pantas saja, warga negara Indonesia tidak bermoral Pancasila seperti yang diinginkan bapak pendiri bangsa. PPKn ini adalah pelajaran yang mau mengajarkan kita bagaimana menjadi
warga negara yang baik. Bagus kan maksudnya. Sayangnya, kayaknya
sekarang inti dari pelajaran ini sendiri udah dilupakan. Berikut adalah 4
hal dari pelajaran PPKn yang sudah dilupakan orang:
TENGGANG RASA
Tenggang rasa berarti dapat ikut menghargai perasaan orang lain. Artinya kita memikirkan perasaan orang lain dan gak berbuat seenaknya.
Contoh di Pelajaran PPKn: Contoh yang paling gampang adalah tidak membunyikan musik keras-keras di malam hari karena akan mengganggu tetangga.
Kenyataannya Sekarang: Makin banyak yang mengadakan acara di jalan sampai menutup jalan dan tentunya tidak peduli dengan kenyamanan orang-orang di sekitarnya. Tidak jarang acaranya baru besok tapi menutup jalannya sudah dari malam sebelumnya.
TOLERANSI
Toleransi adalah sebuah sikap toleran atau dengan kata lain saling menghormati satu sama lain.
Contoh di Pelajaran PPKn: Membiarkan teman yang beragama lain untuk beribadah.
Kenyataanya Sekarang: Membiarkan teman beragama lain beribadah? Hahahaha.
MUSYAWARAH
Musyawarah untuk mufakat berarti sebuah keputusan diambil dengan cara bermusyawarah dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang terbaik bagi semua orang.
Contoh di Pelajaran PPKn: Membicarakan pembangunan balai desa bersama-sama, dengan tujuan agar balai desa ini bisa disetujui dan digunakan oleh seluruh masyarakat.
Kenyataannya Sekarang: Seperti yang Marzuki Alie bilang, rakyat mah gak usah diajak ngomong soal bangun-bangun gedung.
MENDAHULUKAN KEPENTINGAN UMUM
Sudah cukup jelas dari namanya. Ini berarti kita harus mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi.
Contoh di Pelajaran PPKn: Kalau mau ada pelebaran jalan, kita harus merelakan lahan rumah kita untuk digusur, demi kepentingan umum! Astaga, warga negara yang baik banget!!
Kenyataannya Sekarang: Sekarang lebih penting renovasi WC 2 milyar, parkir 3 milyar, dan ruang rapat 20 milyar dibanding bangun alat transportasi yang memadai, membetulkan jalan, atau apalah yang bisa bikin masyarakat senang.
Sebagai seorang pendidik saya menghela nafas
dalam-dalam. Menginstrospeksi diri sendiri apakah saya sudah menjadi Pancasilais sejati. Namun, saya pun berkata dalam hati, bahwa saya belum
menjadi seorang Pancasilais sejati. Tetapi, sebagai warga negera yang baik, saya berusaha keras
untuk mengamalkan kelima sila itu agar jangan sampai terlupakan.
Pancasila yang terlupakan nampak telah
terjadi kepada bangsa ini. Begitu mudahnya orang tidak beragama, dan
mengaku orang suci. Kita pun mudah sekali saling membunuh dengan sesama
anak negeri. Dimana nilai persatuan bangsa ini? Apalagi bicara
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan untuk selalu
bermusyawarah mencapai kata sepakat. Keadilan pun rasanya masih jauh
panggang dari api. Keadilan masih terasa tebang pilih, dan terasakan
hukum rimba masih berlaku di negeri ini. Siapa yang kuat, dia yang
berpengaruh.
Sebagai seorang guru, tentu saya dan
teman-teman pendidik lainnya harus mengembalikan Pancasila ini ke dalam
alur yang sebenarnya. Terus menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
berbagai kegiatan di sekolah. Mengintegrasikannnya dalam pendidikan
karakter bangsa, dan mengajak peserta didik untuk mengamalkan kelima
sila dalam Pancasila secara baik dan benar.
Dalam Pancasila dikatakan, kita adalah
bangsa yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, bangsa yang memiliki nilai-nilai
kemanusian yang adil dan beradab. Menjunjung persatuan agar Indonesia
tetap terajut dalam bumi nusantara yang indah. Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyaratan/perwakilan serta mampu
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tetapi
dalam kenyataannya, Pancasila itu masih berupa slogan yang belum kita
amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, Pancasila yang terlupakan harus
kita ingatkan kembali kepada para generasi penerus bangsa. Pancasila
harus dipulihkan kembali dari kesaktiannya. Mari kita menjaganya
bersama-sama.
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar