Rabu, 01 Mei 2013

MAYDAY... MAYDAY... MAYDAY... SELAMATKAN BURUH DENGAN ENTERPRENEURSHIP...!!


Demonstrasi.... Demonstrasi.... Demonstrasi...! Ya... Begitulah isi berita yang memenuhi berbagai media di Indonesia, bahkan dunia. Demonstrasi oleh kalangan buruh memang sudah menjadi agenda rutin setiap tanggal 1 Mei. Karena pada hari itu merupakan Hari Buruh, yang dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh ini adalah sebuah hari libur (di beberapa negara) tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.


  
SEJARAH HARI BURUH
 
May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.


Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei 1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.
  
KONGRES SOSIALIS DUNIA
 
Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:
   
"Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis."
 
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.


HARI BURUH DI INDONESIA

Sementara itu peringatan hari buruh di Indonesia diperingati mulai 1920. Namun sejak masa Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.

Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

 Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota. Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2013 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

HARI BURUH TAHUN 2013

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, tahun 2013 ini, Hari Buruh juga diperingati oleh kaum buruh hampir di berbagai daerah di Indonesia. Seperti demonstrasi hari buruh di Jakarta yang dipusatkan di bundaran Hotel Indonesia. Ribuan buruh dari Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) menyuarakan tujuh tuntutan dalam aksi massa pada Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei.

"Hari ini 1 Mei 2013, jutaan buruh untuk kesekian kalinya turun ke jalan untuk menyuarakan suara korban industrialisasi. Sebagai wujud perjuangan, kami perjuangkan tuntutan ini," kata Presiden KSBSI Mudhofir dalam orasinya di Jakarta, Rabu (1/5).

Ketujuh tuntutan tersebut yakni menjalankan jaminan kesehatan per 1 Januari 2014 serta jaminan pensiun untuk seluruh buruh per 1 Juli 2015.

Massa juga menuntut revisi Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dan revisi Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran.

Kedua, melaksanakan Permenaker No 19 Tahun 2012 tentang Kerja Kontrak (outsorching) serta tuntutan kepada Kemenakertrans agar menindak pelanggaran outsorching di BUMN. Ketiga, menolak kebijakan upah murah dan penangguhan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kota (UMK).

"Kami menolak keras upaya penangguhan oleh pengusaha karena tidak sesuai dengan persyaratan penangguhan upah minimum," katanya.

Tuntutan berikutnya, menolak kenaikkan BBM, tolak RUU Kamnas dan Ormas, menjadikan 1 Mei sebagai Hari Libur Nasional, serta menghentikkan "union busting" dan kriminalisasi serikat buruh.

"Kami juga mendesak revisi KHL dan meniadakan UMP serta implementasi struktur dan skala upah yang bersifat wajib," katanya.

Namun sayang seribu sayang, walaupun sudah ratusan atau ribuan kali melakukan demo, aksi, orasi, dan lain sebagainya, aksi-aksi itu, dan hari-hari sebelumnya, praktis belum merubah apa-apa; buruh atau pekerja masih seperti apa adanya. Aksi dan orasi buruh pada hari ini, 1 Mei 2013, hanya mendapat janji dari pemerintah bahwa mulai 1 Mei 2014, dan seterusnya, dinyatakan sebagai Hari Libur Resmi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional. Usai menyampaikan pidato, SBY makan nasi kotak bersama seribuan buruh di.

"Insya Allah tahun depan tanggal 1 Mei kita nyatakan sebagai hari libur nasional," kata SBY saat memberikan sambutan di depan 1.000 buruh di PT Maspion I di Aloha, Gedangan, Sidoarjo, Rabu (1/5/2013).

Dijelaskan SBY, Hari Buruh dijadikan hari libur nasional agar karyawan dan pihak manajemen bisa memperingatinya dengan baik.

Sayangnya, tak ada reaksi dari para buruh saat mendengar kabar gembira tersebut. Mimik wajah para buruh di pertemuan itu nampak datar saja. Tentu saja, karena itu bukanlah sebuah perubahan, tapi memang sebuah keharusan.

SITUASI DAN KONDISI UMUM BURUH DI INDONESIA.
 
Mereka menjadi korban korban ketidakadilan para pengusaha.

Kemajuan sebagian masyarakat global (termasuk Indonesia) yang mencapai era teknologi dan industri ternyata tidak bisa menjadi gerbong penarik untuk menarik sesamanya agar mencapai kesetaraan. Para pengusaha teknologi dan industri tetap membutuhkan kaum miskin yang pendidikannya terbatas untuk dipekerjakan sebagai buruh.

Dan dengan itu, karena alasan kurang pendidikan (walaupun tak semua buruh dengan pendidikan yang rendah), mereka dibayar di bawah standar atau sangat rendah, serta umumnya, tanpa tunjangan kesehatan, transportasi, uang makan, dan lain sebagianya. Seringkali terjadi, buruh yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi pun, diperlakukan sama dengan yang berpendidikan pas-pasan.

Para buruh tersebut harus menerima keadaan itu karena membutuhkan nasi dan pakaian untuk bertahan hidup. Akibatnya, menjadikan mereka tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Secara langsung, mereka telah menjadi korban ketidakadilan para pengusaha (konglomerat) hitam yang sekaligus sebagai penindas sesama manusia dan pencipta langgengnya kemiskinan.

Para buruh (laki-laki dan perempuan) harus menderita karena bekerja selama 12 jam per hari (bahkan lebih), walau upahnya tak memadai.

Kondisi buruk yang dialami oleh para buruh tersebut juga membuat dirinya semakin terpuruk di tengah lingkungan sosial kemajuan di sekitarnya (terutama para buruh migran pada wilayah metropolitan). Sistem kerja yang hanya mengutamakan keuntungan majikan, telah memaksa para buruh untuk bekerja demikian keras.

Sehingga cara hidup dam kehidupan yang standar, wajar dan normal, yang seharusnya dialami oleh para buruh, tidak lagi dinikmati oleh mereka.

Fisik dan mental para buruh (yang giat bekerja tetapi tetap miskin), telah dipaksa menjadi bagian dari instrumen mekanis.
Mereka dipaksa (dan terpaksa) untuk menyesuaikan diri dengan irama, kecepatan dan ritme mesin-mesin pabrik dan ritme bising mesin otomotif; mesin-mesin itu, memberikan perubahan dan keuntungan pada pemiliknya, namun sang buruh tetap berada pada kondisi kemiskinan.

Dengan tuntutan itu, mereka tak memiliki kebebasan, kecuali hanya untuk melakukan aktivitas pokok makhluk hidup (makan, minum, tidur) di sekitar mesin-mesin yang menjadi tanggungjawabnya.

Sungguh mengenaskan nasib para buruh di Indonesia. Bekerja sebagai buruh di Indonesia sama halnya seperti mengabdikan diri pada kemiskinan. Bahkan, sebagian menyebut buruh Indonesia adalah pemalas yang selalu menuntut gaji besar. Tapi jika melihat buruh kita yang bekerja keras di luar negeri namun dibayar paling murah dibandingkan dengan buruh dari negara lain, apakah mereka juga disebut pemalas?

Ini hanya contoh kecil dari ribuan contoh hidup yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak. Bangsa kita tidak malas. Tapi kurang pengetahuan dalam memperbaiki taraf ekonomi, memang betul.

Penyebab kemiskinan itu  bukan karena tak mau kerja melainkan pada cara kita berpikir. Umumnya cara kita berpikir ruwet. Untuk dapat pekerjaan saja harus sekolah dulu, susah dan mengeluarkan biaya tinggi. Pergilah ke sekolah, belajar yang rajin, dapatkan nilai yang tinggi lalu cari pekerjaan. Sementara sudah jadi rahasia umum bahwa kebanyakan jurusan  yang ditawarkan perguruan tinggi (terutana negeri) ditujukan bagi para ilmuwan. Alias banyak  yang tidak punya korelasi dengan lowongan kerja yang tersedia di lapangan. Jadi kalau hanya sekedar untuk mencari pekerjaan, buat apa susah-susah sekolah dulu. Lebih baik, buat  saja pekerjaan sendiri.

Mindset bahwa pekerajan harus dicari bukan diciptakan tertanam cukup dalam pada alam bawah sadar bangsa kita. Makanya pekerjaan berdagang dan buka usaha sendiri dilihat sebagai pintu darurat, bukan tujuan utama. Jarang yang pergi sekolah bermaksud  setamatnya nanti  akan buka lapangan usaha. Setting mindset seperti inilah yang menjadi penyebab mengapa kita tidak tanggap terhadap peluang. Kalaupun ketemu peluang yang dibayangkan yang susah-susahnya saja. Oke lah buka usaha, tapi bagaimana memulainya, dari mana modalnya, bagaimana menjualnya, lalu harus bagaimana nanti kalau dagangan tidak laku atau bangkrut?

Sebetulnya kita tidak perlu bingung. Bangsa kita kaya akan sumber daya alam. Setiap orang berpeluang hidup makmur. Membotolkan air putih saja telah membuat beberapa orang kaya dan membuka lapangan kerja bagi ribuan orang.  Yang perlu dilakukan hanyalah merubah pola pikir dari pencari kerja menjadi pencipta kerja. Menghidupkan semangat entrepreneurship di sekolah-sekolah, bisa jadi satu langkah jitu untuk memulainya.

MA Darun Najah Sumbersuko sebagai sekolah swasta modern di Kabupaten Lumajang juga berusaha membangkitkan semangat enterpreneurship. Hal itu diwujudkan dengan akan diadakannya QUANTUM SEMINAR PERTANIAN OLAHAN PANGAN bersama Jimmy Hantu pada tanggal 21 Mei 2013 pada pukul 08.00 sampai selesai di Gedung Guru Lumajang. Seminar ini disponsori oleh K5MS. MA Darun Najah Sumbersuko adalah salah satu anggotanya. Dengan biaya Rp.50.000,00 setiap peserta akan mendapatkan handbook, snack dan tentu saja senjata rahasia untuk keluar dari jerat kesulitan ekonomi menuju kesejahteraan.

Mudah-mudahan dari percikan-percikan semangat berusaha sendiri stigma kita bangsa pemalas terhapus dari muka bumi. Insya'Allah, amiiiin.


Referensi:
id.wikipedia.org
news.detik.kom
lifestyle.kompasiana.com
www.eviindrawanto.com
www.bisnis.com









 

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template