Saya ingin sekali berpesan kepada para pembaca blog ini mengenai Hari AIDS Sedunia. Ini adalah hari dimana kita mendukung dan membantu semua orang yang hidup dengan penyakit AIDS dan ini juga hari untuk mengenang mereka yang meninggal karena AIDS. Tahun ini, Hari AIDS Sedunia digambarkan seperti sebuah ciuman. Ciuman yang penuh gairah antara kekasih dan teman seperti ciuman sebuah keluarga. Ciuman yang membuat kita merasa dihargai dan menghangatkan hati kita.
Akan tetapi, kehangatan akan hilang ketika seseorang berkata... "Saya mengidap HIV!", HIV dan ciuman tidak lagi terlihat sejalan! Dapatkah Anda mencium seseorang yang mengidap HIV? Bisakah seseorang meyakini bahwa ciuman tidak akan tertular? Tidak, saya tidak akan mengambil resiko! Bagaimana jika .....
Dapatkah kita mengucilkan orang lain dalam penderitaan mereka karena kita merasa aman dibalik ketidakpedulian kita? Apakah prasangka salah kita punya hak untuk mendiskriminasi orang lain dan mengucilkan mereka? HIV menjadi kacamata hitam, pakaian penyamaran, kesepian di halaman sekolah dimana anak terakhir dari tim mengumpan bola kepada penolakan! Mungkin kita harus menghadapi fakta sehingga kita bisa membebaskan diri kita dari prasangka dan klise kita dan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, menunjukkan penerimaan dan kepedulian.
Sebagian besar dari kita masih percaya bahwa HIV bisa menular lewat ciuman dan oleh karena itu lebih baik menjaga diri dengan menjaga jarak terhadap orang yang mengidap HIV. Mari kita buat ini menjadi jelas dan untuk semua: Mencium orang yang mengidap HIV tidak akan membuat kita terinfeksi! Kenyataannya, perlakuan yang baik terhadap pengidap HIV hidup normal dan bisa bercinta tanpa menginfeksi seperti dengan ciuman!
Mungkin anda belum pernah bertemu dengan orang pengidap HIV dalam kehidupan keseharian anda. Mungkin anda tidak menyadari bahwa salah seorang teman anda, kolega atau anggota keluarga terinfeksi HIV. HIV menginfeksi orang bahkan tidak diketahui oleh orang yang terinfeksi. Jangan meremehkan pengasingan mereka atau jadilah bijak.
Pada triwulan I Tahun 2013 dilaporkan kasus HIV baru yang terdeteksi pada priode Januari-Maret 2013 mencapai 5.369. Kasus baru terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%), 20-24 tahun (14,0%), dan ≥50 tahun (4,8%). Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Faktor risiko atau cara penularan HIV melalui hubungan seksual tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual (50,5%), penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada penyalahguna narkoba (8,4%), dan LSL/Lelaki Seks Lelaki (7,6%).
Pada priode bulan Januari-Maret 2013 jumlah kasus AIDS yang baru terdeteksi sebanyak 460. Terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun (39,1%), 20-29 tahun (26,1%) dan 40-49 tahun (16,5%). Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Lima provinsi yang paling banyak melaporkan kasus AIDS adalah Jawa Tengah (175), Sulawesi Tengah (59), Banten (34), Jawa Barat (33) dan Riau (32). Faktor risiko atau penularan hubungan seksual tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual (81,1%), penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada penyalahguna narkoba (7,8%), dari ibu positif HIV ke anak (5%) dan LSL/Lelaki Seks Lelaki (2,8%).
Jumlah pengidap HIV/AIDS yang meminum obat antiretroviral (ARV) sampai dengan bulan Maret 2013 sebanyak 33.114 yang terdiri atas 31.682 dewasa (96%) dan 1.432 anak-anak (4%).
Pada priode bulan Januari-Maret 2013 dilaporkan tambahan kasus HIV dan AIDS secara nasional yaitu: HIV 5369 dan AIDS: 460. Angka ini menambah jumlah kasus HIV/AIDS dari 1 Januari 1987 s.d. 31 Maret 2013 menjadi 147.106 yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8,288 kematian.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan pada kasus AIDS 2:1. Ini artinya kian banyak laki-laki yang menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS.
Faktor risiko atau cara penularan pada kasus AIDS yang terdeteksi pada Januari-Maret 2013 terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual yaitu 60 persen.
Kasus AIDS yang dilaporkan pada Januari-Maret 2013 terdeteksi pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 35 persen dan pada umur 30-39 tahun sebesar 28,2 persen.
Tapi, perlu diingat bahwa kasus AIDS banyak terdeteksi pada kelompok umur tersebut pada kalangan penyalahguna narkoba dengan jarum suntik secara berganti-ganti. Maka, tidak ada kaitannya secara langsung dengan usia (produktif).
Kasus HIV di beberapa provinsi akan menjadi ’ledakan AIDS’ sehingga jumlah kasus AIDS akan bertambah di daerah-daerah tersebut.
Jakarta, misalnya, peringkat kasus AIDS (6.299) ada di nomor tiga. Tapi, kasus HIV di Jakarta ada 23.792 yang merupakan kasus terbanyak secara nasional.
Begitu pula dengan Jawa Timur yang melaporkan 13.599 kasus HIV. Dengan 6.900 kasus AIDS Jatim ada di peringkat kedua.
Sumatera Utara yang ada di peringkat 14 dengan 515 kasus AIDS ternyata menyimpan ’bom waktu’ yang sangat besar yaitu 6.781 kasus HIV yang kelak akan masuk masa AIDS.
Begitu pula dengan Kepulauan Riau berdasarkan kasus AIDS ada di peringkat 17 dengan jumlah kasus 382, tapi mengeram 3.176 kasus HIV yang kelak akan ’menetas’ jadi AIDS.
Papua Barat dengan kasus 187 AIDS ada di peringkat 24, tapi ada potensi ledakan AIDS melalui 1.896 kasus HIV.
Kalimantan Timur di peringkat 20 dengan 332 kasus AIDS, tapi memendam 1.878 kasus HIV.
Sumatera Selatan di peringkat 21 dengan 322 kasus AIDS, tapi menyimpan 1.254 kasus HIV.
Sulawesi Utara melaporkan 693 kasus AIDS yang menempatkan daerah ini di peringkat 13, tapi menunggu ledakan 1.794 kasus HIV.
Dengan kasus AIDS 782 Yogyakarta ada di peringkat 12, tapi mengeram 1.693 kasus HIV.
NTT ada di peringkat 15 dengan 420 kasus AIDS, tapi menunggu ledakan 1.331 kasus HIV.
Jika pemerintah provinsi, kabupaten dan kota tidak menjalankan program yang konkret berupa intervensi terhadap laki-laki agar memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK), maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi.
Laki-laki yang tertular HIV melalui hubungan seksual dengan PSK menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, antara lain melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga membuktikan suami mereka tertular HIV dari pasangan lain, antara lain PSK.
Celakanya, program yang gencar dilakukan hanya di hilir, antara lain tes HIV dan penanganan kasus yang terdeteksi. Maka, tinggal menunggu waktu saja untuk ’panen AIDS’.
Terpisah dari dunia kita yang kecil, ketika kita pergi keluar, terdapat 35 juta orang yang mengidap HIV di sluruh dunia. Oleh karena itu, kita punya 35 juta alasan bagus mengapa kita memperingati Hari AIDS Sedunia.
Pengobatan modern telah berhasil memenangkan perang melawan HIV. Dengan hanya beberapa tablet sehari, kita bisa membuat virus HIV menjadi dorman atau tidak aktif.
Sekarang kita hanya perlu untuk memenangkan semua penolakan tanpa pertimbangan dan prasangka ciuman tentang HIV.
Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa.
Referensi: kesehatan.kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar