Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui bahwa tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No. 10 Tahun 2013 telah menetapkan tanggal 9 Maret sebagai peringatan Hari Musik Nasional. Jadi tahun 2014 ini merupakan tahun kedua setelah resmi ditetapkan Presiden. Maklum saja jika banyak orang yang tidak paham mengenai hal ini. Sebenarnya peringatan Hari Musik Nasional telah lama diadakan, namun baru diresmikan oleh pemerintah pada tahun 2013 lalu.
Mungkin kita sebagai orang awam ini hanya bertindak sebagai penikmat musik saja yang tidak mau tahu tentang urusan-urusan seperti itu. Tidak perlu dan butuh mengurusi masalah perayaan ini itu dan tetek bengek lainnya yang tidak penting bagi kita. Kita cuma butuh menyiapkan kedua kuping kita jika ingin mendengarkan musik kesukaan kita untuk menghilangkan stress, memicu inspirasi, atau sekedar untuk menemani disaat kita sedang mengerjakan sesuatu. Bahkan mungkin kita membutuhkan musik untuk mengekspresikan apa yang ada dalam benak kita.
Pemilihan tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional bukannya tanpa alasan. Tanggal 9 Maret adalah hari dimana telah dilahirkan tokoh nasional Wage Rudolf Supratman. Beliau bisa disebut sebagai Bapak Pemersatu Bangsa Indonesia berkat lagu ciptaan beliau bertajuk ”Indonesia Raya”. Rakyat Indonesia yang berisikan berbagai suku bangsa, ras, agama, golongan dan berbagai latar belakang kebudayaan secara ajaib bisa berbaur dan bersatu padu dalam semangat Sumpah Pemuda yang untuk pertama kali lagu kebangsaan kita ”Indonesia Raya” berkumandang. Lalu akhirnya tiap bait dari syair lagu ini merasuk ke dalam tiap pembuluh darah, tiap jengkal tubuh, dan tiap tarikan nafas segenap rakyat Indonesia.
Ketua Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), Tantowi Yahya pada acara syukuran Hari Musik Nasional, Selasa, 12 Maret 2013 mengatakan, "Sebagai insan musik penetapan hari itu adalah kabar gembira bagi kami. Kami tentunya bangga." Beda lagi kalau yang ditanya wartawan adalah orang awam yang bukan insan musik. Tidak akan peduli dengan Hari Musik Nasional. Pokoknya hanya mendengarkan musik saja lah. Malahan sebagian orang yang tidak bertanggung jawab telah, akan dan terus menggerus industri musik Indonesia. Orang awam tidak tahu betapa sulit dan bersusah-payahnya insan musik memproduksi karya musik mereka sehingga bisa dinikmati oleh kita para penikmat musik.
Pembajakan karya musik di Indonesia memang telah berlangsung lama dan sangat merugikan bagi penikmat musik, terlebih lagi bagi produsen musik itu sendiri. Apalagi sekarang ini sudah ada teknologi internet. Semua tinggal klik sana-sini dan data-data bisa disimpan dan digunakan. Biaya relatif murah dan pasti gampang diperoleh. Kita mungkin menganggap download lagu itu bukan pembajakan. Tapi tindakan tersebut secara tidak langsung telah merugikan penjualan kaset dan CD musik. Tapi walau begitu tidak ada yang ditangkap polisi karena download lagu. Tindakan tersebut masih belum dimasukkan kategori pembajakan. Tapi jangan ditanya kalau soal CD bajakan. Orang Indonesia sudah ahli masalah bajak membajak.
Apapun hasil dari kejahatan pasti tidak akan berkah. Setidaknya itu yang dikatakan oleh pemuka agama. Padahal musik bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan juga. Dulu ketika jamannya Agnes Monica dan Joshua masih kecil, musik anak-anak menjadi santapan sehari-hari saya. Perilaku anak-anak jaman saya dulu sangat terkendali dan membantu perkembangan berpikir seumuran anak-anak. Beda dengan jaman sekarang yang tidak jelas mana musik anak-anak dan mana yang musik khusus dewasa. Dilingkungan saya dan mungkin lingkungan Anda juga, pasti banyak anak-anak yang bahkan sudah hafal dengan lagu-lagu yang sebenarnya tidak pantas dinyayikan dan dinikmati oleh anak-anak. Generasi pemuda masa kini cenderung mengalami perkembangan ke arah yang negatif. Generasi patah hati. Generasi galau. Generasi yang ketika putus cinta langsung dengan mudahnya lari ke narkoba, minuman keras, atau malah bunuh diri.
Pemuda pemudi bangsa sudah seharusnya menjadi penerus bangsa. Sungguh tidak terbayangkan jika mental pemudanya loyo, letoy, lemah kayak tape dibanting, penyet. Masa depan bangsa ini tidak bisa dipertaruhkan ditangan penerus bangsa yang seperti itu. Keadaan ini mungkin saja terus berlangsung jika musik – sebagai bahasa universal – yang terus didengar oleh pemuda masa kini hanya musik sendu yang berisi patah hati, putus cinta, pengkhianatan cinta, galau dan sebagainya. Apa yang didengar akan tersimpan di alam bawah sadar dan terwujud dalam perilaku pada kenyataan. Untung saja masih ada musik yang berenergi dan menjadi pemersatu bangsa. Selain kumandang National Anthem yang menggetarkan hati, ada lagi lagu “Garuda Di Dadaku” milik grup band Netral. Luar biasanya lagu ini setara atau mungkin melebihi lagu kebangsaan. Terbukti seorang Menpora RI malah belepotan ketika mengumandangkan lagu “Indonesia Raya”.
Pemerintah dalam hal ini – ngurusin musik – harus memperhatikan penikmat musik. Jangan sampai pangsa pasar penikmat musik salah sasaran. Pihak Komisi Penyiaran Indnesia (KPI) harus dengan ketat dan tidak segan mencekal artis-artis musik yang nyeleneh dan tidak layak untuk dinikmati masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan porsi juga yang sesuai dengan umur mereka. Bukannya malah terus dijejali oleh musik dangdut koplo atau musik dewasa bertema cinta. Waduuh.
Bagaimanapun kita tidak boleh berhenti berharap. Mungkin peringatan Hari Musik Nasional bisa memperbaiki dunia permusikan Indonesia. Semoga saja. Amiiin.
Mungkin kita sebagai orang awam ini hanya bertindak sebagai penikmat musik saja yang tidak mau tahu tentang urusan-urusan seperti itu. Tidak perlu dan butuh mengurusi masalah perayaan ini itu dan tetek bengek lainnya yang tidak penting bagi kita. Kita cuma butuh menyiapkan kedua kuping kita jika ingin mendengarkan musik kesukaan kita untuk menghilangkan stress, memicu inspirasi, atau sekedar untuk menemani disaat kita sedang mengerjakan sesuatu. Bahkan mungkin kita membutuhkan musik untuk mengekspresikan apa yang ada dalam benak kita.
Pemilihan tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional bukannya tanpa alasan. Tanggal 9 Maret adalah hari dimana telah dilahirkan tokoh nasional Wage Rudolf Supratman. Beliau bisa disebut sebagai Bapak Pemersatu Bangsa Indonesia berkat lagu ciptaan beliau bertajuk ”Indonesia Raya”. Rakyat Indonesia yang berisikan berbagai suku bangsa, ras, agama, golongan dan berbagai latar belakang kebudayaan secara ajaib bisa berbaur dan bersatu padu dalam semangat Sumpah Pemuda yang untuk pertama kali lagu kebangsaan kita ”Indonesia Raya” berkumandang. Lalu akhirnya tiap bait dari syair lagu ini merasuk ke dalam tiap pembuluh darah, tiap jengkal tubuh, dan tiap tarikan nafas segenap rakyat Indonesia.
Ketua Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), Tantowi Yahya pada acara syukuran Hari Musik Nasional, Selasa, 12 Maret 2013 mengatakan, "Sebagai insan musik penetapan hari itu adalah kabar gembira bagi kami. Kami tentunya bangga." Beda lagi kalau yang ditanya wartawan adalah orang awam yang bukan insan musik. Tidak akan peduli dengan Hari Musik Nasional. Pokoknya hanya mendengarkan musik saja lah. Malahan sebagian orang yang tidak bertanggung jawab telah, akan dan terus menggerus industri musik Indonesia. Orang awam tidak tahu betapa sulit dan bersusah-payahnya insan musik memproduksi karya musik mereka sehingga bisa dinikmati oleh kita para penikmat musik.
Pembajakan karya musik di Indonesia memang telah berlangsung lama dan sangat merugikan bagi penikmat musik, terlebih lagi bagi produsen musik itu sendiri. Apalagi sekarang ini sudah ada teknologi internet. Semua tinggal klik sana-sini dan data-data bisa disimpan dan digunakan. Biaya relatif murah dan pasti gampang diperoleh. Kita mungkin menganggap download lagu itu bukan pembajakan. Tapi tindakan tersebut secara tidak langsung telah merugikan penjualan kaset dan CD musik. Tapi walau begitu tidak ada yang ditangkap polisi karena download lagu. Tindakan tersebut masih belum dimasukkan kategori pembajakan. Tapi jangan ditanya kalau soal CD bajakan. Orang Indonesia sudah ahli masalah bajak membajak.
Apapun hasil dari kejahatan pasti tidak akan berkah. Setidaknya itu yang dikatakan oleh pemuka agama. Padahal musik bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan juga. Dulu ketika jamannya Agnes Monica dan Joshua masih kecil, musik anak-anak menjadi santapan sehari-hari saya. Perilaku anak-anak jaman saya dulu sangat terkendali dan membantu perkembangan berpikir seumuran anak-anak. Beda dengan jaman sekarang yang tidak jelas mana musik anak-anak dan mana yang musik khusus dewasa. Dilingkungan saya dan mungkin lingkungan Anda juga, pasti banyak anak-anak yang bahkan sudah hafal dengan lagu-lagu yang sebenarnya tidak pantas dinyayikan dan dinikmati oleh anak-anak. Generasi pemuda masa kini cenderung mengalami perkembangan ke arah yang negatif. Generasi patah hati. Generasi galau. Generasi yang ketika putus cinta langsung dengan mudahnya lari ke narkoba, minuman keras, atau malah bunuh diri.
Pemuda pemudi bangsa sudah seharusnya menjadi penerus bangsa. Sungguh tidak terbayangkan jika mental pemudanya loyo, letoy, lemah kayak tape dibanting, penyet. Masa depan bangsa ini tidak bisa dipertaruhkan ditangan penerus bangsa yang seperti itu. Keadaan ini mungkin saja terus berlangsung jika musik – sebagai bahasa universal – yang terus didengar oleh pemuda masa kini hanya musik sendu yang berisi patah hati, putus cinta, pengkhianatan cinta, galau dan sebagainya. Apa yang didengar akan tersimpan di alam bawah sadar dan terwujud dalam perilaku pada kenyataan. Untung saja masih ada musik yang berenergi dan menjadi pemersatu bangsa. Selain kumandang National Anthem yang menggetarkan hati, ada lagi lagu “Garuda Di Dadaku” milik grup band Netral. Luar biasanya lagu ini setara atau mungkin melebihi lagu kebangsaan. Terbukti seorang Menpora RI malah belepotan ketika mengumandangkan lagu “Indonesia Raya”.
Pemerintah dalam hal ini – ngurusin musik – harus memperhatikan penikmat musik. Jangan sampai pangsa pasar penikmat musik salah sasaran. Pihak Komisi Penyiaran Indnesia (KPI) harus dengan ketat dan tidak segan mencekal artis-artis musik yang nyeleneh dan tidak layak untuk dinikmati masyarakat. Anak-anak harus mendapatkan porsi juga yang sesuai dengan umur mereka. Bukannya malah terus dijejali oleh musik dangdut koplo atau musik dewasa bertema cinta. Waduuh.
Bagaimanapun kita tidak boleh berhenti berharap. Mungkin peringatan Hari Musik Nasional bisa memperbaiki dunia permusikan Indonesia. Semoga saja. Amiiin.
1 komentar:
Casino game developer - DrMCD
Casino 안양 출장마사지 games developer · Microgaming · Casumo · 삼척 출장샵 PRAGMATIC · Casumo 파주 출장샵 · Betsoft · Betsoft · 광주광역 출장샵 BetSoft · Spinomenal · 남원 출장샵 Casino.
Posting Komentar