“Menulislah, jika tak menulis, maka kamu akan ditinggalkan sejarah.” (Pramudya Anantatoer)
Sejarah memang tidak sepenuhnya seberupa kegemilangan yang dicatat dengan tinta emas. Sejarah tidak selamanya berisi kejayaan yang diabadikan dalam prasasti atau monument peringatan. Salah satu peristiwa bersejarah yang masih saja belum menemukan titik terang, G-30-S atau G-30-S/PKI, kadangkala disebut juga dengan Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) atau Gestok (Gerakan Satu Oktober). Menengok 46 tahun silam kala komunis masih dianggap ngeri. Apa yang sebenarnya terjadi kala itu? Benarkah pelakunya Partai Komunis Indonesia?
Kala itu segala yang berbau komunis dibumi hanguskan, bahkan buku yang ditulis oleh orang yang berhaluan ‘kiri’ juga dilarang beredar. Buku-buku sastra karya Pramudya Anantatoer dilarang terbit hanya karena ia bekas pimpinan Lekra. Kini, komunis sebagai ideologi yang dibicarakan sudah biasa-biasa saja, bahkan buku-buku tentang ideologi komunis bebas beredar di masyarakat. Toh, dengan membaca buku-buku Karl Marx atau Friederich Engels tak lantas membuat orang menjadi komunis.
Partai Komunis Indonesia seakan menjadi pelaku tunggal dalam peristiwa maha kelabu ini. Kesimpangsiuran peristiwa ini bak tebak-tebakan. Banyak versi yang berpendapat dalam kejadian dimasa Soeharto masih berstatus sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat ini Soekarno ditodong pistol saat hendak menandatangani Supersemar . Ada versi yang menyebutkan bahwapembantaian Ahmad Yani dan kawan-kawan merupakan tak-tik Soeharto dalam menguasai negeri beserta pangkat dan jabatannya. Versi lain menyebutkan PKI menjadi kambing hitam Soeharto, karena Soeharto hanya mendiamkan saja ketika PKI membunuh ketujuh jendral hingga timbul doktrin bahwa PKI indentik dengan pemberontakan.
Bendera setengah tiang menjadi simbol duka bangsa Indonesia ketika jatuh pada 30 September. Simbol tersebut menjadi sebuah peringatan ataukah hanya pengingatan bahwa hari itu tepat tanggal 30 September di mana 46 tahun silam Indonesia mendapati peristiwa berdarah? Apa yang membuat hari kelabu itu menjadi sesuatu yang diingat? Mari kita diskusikan!
Apa yang sebenarnya terjadi 45 tahun lalu, pada sebuah peristiwa yang disebut Gerakan 30 September atau G-30-S atau G-30-S/PKI oleh mereka yang yakin pelakunya Partai Komunis Indonesia? Peristiwa ini kadangkala juga disebut Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) karena secara kronologis peristiwa ini memang terjadi pada 1 Oktober dini hari. Pertanyaan itu hampir tidak pernah memperoleh jawaban yang lengkap. Bahkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) sebagai bagian dari rangkaian peristiwa yang terkait, juga masih diperdebatkan isi dan bentuknya, bahkan dokumen aslinya belum ditemukan hingga sekarang.
Diskusi Internal LPM Kentingan
Esti Dwi R.
Sumber: lpmkentingan.com
0 komentar:
Posting Komentar