PROFESIONALKAH KITA?
07/12/2012
7:27
Pemerintah selalu tambal sulam
dalam merombak dunia pendidikan,
anggaran yang besarpun sudah dipersiapkan dengan optimal. Guru/Pendidik diminta
untuk menjadi profesional dengan memenuhi 4 standart kompetensi yang telah
ditentukan. Program Sertifikasi bagi pendidik-pun digelar untuk memenuhi skill
dan kompetensi yang diharapkan. Sayang, Program sertifikasi bagi Pendidik tak
jarang banyak menuai kritikan, karena standart yang baku tak bisa dipenuhi
disetiap pergelaran event tersebut, ada yang dengan mudah lulus dan lolos ada
pula yang harus jatuh bangun hingga berkali-kali harus test ulang. Proyek
ataupun tidak, aku tak akan menganalisa lebih jauh, karena disini konteksnya
aku hanya lah sebagai obyek penderita. Tetapi aku patut berbangga, karena aku
berada di ruang gerak yang sempit, sehingga untuk mendapatkan sertifikat
pendidik tak semudah teman-teman yang lain yang bisa dengan mudah membalikkan
tangannya.
"Sudahkah aku profesional?".... Ahhh, terlalu luas gambaran profesional
dalam konteks ini, banyak yang harus dibenahi dan itu membutuhkan proses yang
panjang, malah dengan sertifikat ini membuat permasalahan baru yang semakin
rumit, sudah digaji negara kinerja tak karu-karuan, untuk membuat perangkat
saja mereka kesulitan, jika Kepala Sekolah menekan dipikir terlalu over acting.
Terus apa maksud dengan sertifikat yang sudah dipegang? Atau jangan-jangan ini
hanyalah perwujudan dari peningkatan kesejahteraan guru semata? Akupun terheran
dengan hal ini, niat awal mereka menjadi seorang pendidik telah berubah haluan,
dari ikhlas menyebar ilmu menjadi nominal untuk membeli sesuatu. Kapan maju
negeri ini jika pendidiknya sudah mulai memikirkan nominal yang harus dicapai?
Belum lagi uji kompetensi guru, dimana guru yang tersertifikasi tersebut sudah
layak atau harus tinjau ulang. Hanya dengan menjawab puluhan soal mereka bisa
dikatakan profesional. Kinerja dinilai hanya dengan menandai jawaban yang
benar. Apa kata dunia? Ini masalah anak bangsa kita kelak, uji donk dengan
melihat langsung saat proses belajar mengajar mereka, dengan menurunkan team
independent yang memang expert dibidangnya, kalau hanya mengandalakan Kepala
Sekolah atau sekolah itu sendiri itu mah bisa diatur! Bikin saja Laporan bahwa
guru A sudah melakukan dan melaksanakan tugasnya dengan baik, memenuhi 24 jam
mapel sesuai yang disyaratkan dan bla.. bla..bla.. MIRIS dengernya!!!
Sebenarnya nominal besar akan kita dapatkan jika kita mau merubah kinerja kita,
duit bakal menghampiri kita jika kinerja kita bagus dan benar. Oh duniaku..
kapan kita konsen dengan nasib anak bangsa yang semakin bingung dengan tambal
sulam ini?
Profesionalitas seorang guru
menurut aku adalah beliau-beliau yang memang mau merubah pola pembelajarannya
dengan selalu up to date, tak lelah untuk melakukan pendekatan personal dengan
peserta didik, berusaha mau tau permasalahan setiap warga sekolah dan memenuhi
kewajibannya dengan membuat perangkat pembelajaran yang tak hanya sekedar buat
laporan tapi juga diaplikasikan dgn sesungguhnya. Satu lagi, guru profesional
tak berorientasi dengan gaji yang mereka terima, ingat! Tugas seorang pendidik
adalah mendidik bukan mengkalkulasi berapa uang yang akan diterima. Jika Anda
akan bilang:”Ahh Anda muna dan sok perfeksionis,idealis dan teman-temannya,
maka aku akan menjawab: Pergi saja dan tak usah kembali. Sekolah dan Profesi
guru bukan lahan untuk mencari keuntungan duniawi.. tapi lebih kearah tabungan
akhirat yang nominalnya akan membawa Anda ke dunia lain yang lebih bahagia”
0 komentar:
Posting Komentar