Ya Allah, atas izin-Mu lah dapat ku selesaikan perjalananku.
Maka seluruh jiwa dan raga ini bersyukur pada-Mu....
Hanya saja lidah ini tak mampu menerjemahkannya
ke dalam bahasa terindah.
Hanya melalui sebait kata.
Tak mustahil memang jika sekeping senyum kan merias senja.
Tapi apakah sebanding dengan apa yang telah dikorbankan di sepanjang jalan?
Aku kemasi hatiku yang tercerai berai.
Serasa bata yang ditinggalkan beratnya.
Tiba-tiba ada suara risih yang merisik
Jantung-jantung pun berdetak seratus kali perdetik
Keringat bagai mata air merintik.
Risih suara itu membimbingku menyebut nama guru-guruku
Guru................
Belum untukmu ku berikan kebahagiaan
yang melahirkan senyummu secara tulus
terlahirkan oleh mutiara yang akan tetap bercahaya
yang ku lingkarkan di jari manis dunia
sementara seluruh pikiranmu kau berikan padaku
Dan seluruh hasrat ku telah menyita waktumu.
Guru..............
Memang bukan karena engkau aku ada
Tapi karena engkau aku merasa ada
Dan hanya karena engkau aku ada
Guru.............
tapi aku........
aku yang tak tahu diri ini kadang berani mengecilkan
jasa - jasamu..
bahkan aku yang terlihat di kulitmu
kadang berubah menjadi sengatan matahari
yang menguras habis keringat dan semangatmu......
Guru............
kini di hadapan mu ku akui
aku bersalah padamu................
Maka seluruh jiwa dan raga ini bersyukur pada-Mu....
Hanya saja lidah ini tak mampu menerjemahkannya
ke dalam bahasa terindah.
Hanya melalui sebait kata.
Dan kini tersadar, ku tersadar
Betapa Matahari yang terus berjalan
telah menyeretku ke tepi senja.
Ku tengok jalan yang telah ku lalui
telah jauh..... Sungguh sangat jauh....
Namun jarak tak berkurang
hingga Matahari beranjak pulang.
Tak mustahil memang jika sekeping senyum kan merias senja.
Tapi apakah sebanding dengan apa yang telah dikorbankan di sepanjang jalan?
Aku kemasi hatiku yang tercerai berai.
Serasa bata yang ditinggalkan beratnya.
Tiba-tiba ada suara risih yang merisik
Jantung-jantung pun berdetak seratus kali perdetik
Keringat bagai mata air merintik.
Risih suara itu membimbingku menyebut nama guru-guruku
Guru.................
Kau bakar diriku dalam gairah penyuluh setiap langkah
yang membawaku ke puncak ilmiyah.
Dan mengantarku ke lembah amaliyah hingga tiada jalan yang menyesatkan
dan tiada sesat yang berkarat
Guru................
Belum untukmu ku berikan kebahagiaan
yang melahirkan senyummu secara tulus
terlahirkan oleh mutiara yang akan tetap bercahaya
yang ku lingkarkan di jari manis dunia
sementara seluruh pikiranmu kau berikan padaku
Dan seluruh hasrat ku telah menyita waktumu.
Guru...............
Belum untukmu aku membahagiakan
Atas kebesaranmu dalam kesahajaan
Atas kebijaksanaanmu dalam kesederhanaan
Atas kedisiplinan dalam kesabaran
Atas keteduhanmu dalam senyummu
Guru..............
Memang bukan karena engkau aku ada
Tapi karena engkau aku merasa ada
Dan hanya karena engkau aku ada
Guru.............
Karenamu aku mengenal alif,ba',ta' hingga hadist dhoif
karenamu aku mengenal matematika,informatika hingga etika
karenamu aku mengenal sholat, taubat hingga istimbat
karenamu aku mengenal ilmu ,siapa aku dan masa depan ku
dan masih banyak lagi......
sebanyak huruf yang kutulis dalam buku yang sudah
kubungkus dalam kardus
Guru.............
tapi aku........
aku yang tak tahu diri ini kadang berani mengecilkan
jasa - jasamu..
bahkan aku yang terlihat di kulitmu
kadang berubah menjadi sengatan matahari
yang menguras habis keringat dan semangatmu......
Guru............
kini di hadapan mu ku akui
aku bersalah padamu................
SINCERELY YOUR'S
LAILATUL MAGHFIROH XI IPS 1 (ELLA CHEN)
0 komentar:
Posting Komentar